Kisah Bangsa Burung

Fuad Saputra
6 min readOct 25, 2020
Sumber; pixabay.com

Bagi bangsa burung, langit merupakan satu-satunya hal yang tidak boleh dikuasai secara pribadi atau kelompok tertentu. Menurut aturan Kitab Undang-Undang Kebebasan Terbang (KUKT), pasal sembilan ayat tiga, menyatakan; “langit adalah wilayah tidak terikat hukum dengan tanah dibawahnya, tidak boleh dimiliki perseorangan atau kelompok, serta segala hal yang berkaitan untuk keberlangsungan hidup bangsa-bangsa burung di langit harus diputuskan dengan kehadiran paling sedikit 234 bangsa burung dalam rapat paripurna lima tahunan Almaida”.

Karena alasan yang mengikat itu, beratus-ratus tahun, segala bangsa burung bebas terbang di langit tanpa takut dikriminasi atau takut dideportasi. Bangsa burung hanya boleh mengklaim pohon atau gunung sebagai wilayah kuasa mereka, sedang langit hanya terikat hukum dengan KUKT, tidak dengan hukum pemilik wilayah dibawahnya.

Tapi seiring waktu, populasi bangsa burung mengalami peningkatan luar biasa. Sering sekali terjadi gesekan antar bangsa burung soal wilayah. Hanya bangsa-bangsa burung pemenang pada Perang Dunia Burung 700 tahun lalu yang memiliki wilayah kuasa luas, sehingga mereka punya cukup sumber daya mempertahankan bangsanya. Sedang bangsa burung yang kalah, mereka memiliki dua opsi, meminta perlindungan pada bangsa burung penguasa wilayah. Atau terbang mencari tanah tidak bertuan. Tapi opsi kedua adalah hal mustahil. Sejak 300 tahun lalu, semua tanah di dunia sudah bertuan kecuali benua dingin di selatan. Hamparan es yang tidak bisa ditinggali.

Bangsa burung Albatroz merupakan bangsa burung paling kuat di dunia. Mereka menguasai wilayah terluas antara bangsa-bangsa burung yang lain, serta sumber daya dari wilayah mereka menyuplai total lima puluh persen kebutuhan bangsa burung di dunia.

Walaupun Albatroz dianggap sebagai bangsa terkuat, tapi sebagai besar bangsa burung yang lain tetap memandang bangsa Argentavis sebagai pemimpin mereka. Argentavis adalah salah satu bangsa burung tertua. Bahkan KUKT merupakan produk hukum yang dipelopori oleh bangsa Argentavis. Tapi saat ini bangsa Argentavis sedang riskan, populasi mereka menyusut. Pasca Perang Dunia Burung, bangsa mereka musnah dan tersisa hanya sepertiga dari jumlah total. Sedangkan untuk berkembang, Argentavis butuh setidaknya dua ratus tahun untuk siap menikah, dan butuh seratus tahun lagi untuk mengandung dan melahirkan.

Kondisi riskan tersebut membuat dunia burung mengalami gejolak dalam lima tahun terakhir. Bangsa Albatroz menilai sudah saatnya mereka memimpin Persatuan Bangsa Burung, bukan lagi sekumpulan burung tua renta. Bahkan dalam sidang paripurna Almaida terakhir, perwakilan bangsa Albatroz menyebut pemimpin bangsa Argentavis tidak layak lagi duduk sebagai penasihat tertinggi Persatuan Bangsa Burung. Albatroz mengklaim bangsa burung tidak mengalami kemajuan karena Argentavis menguasai hampir seluruh posisi vital dalam Persatuan Bangsa Burung. Persatuan Bangsa Burung digerogoti nepotisme.

Pada forum itu bangsa-bangsa burung terpecah. Bangsa burung Gereja memimpin kelompok kontra, walau tidak memiliki wilayah luas, bangsa burung Gereja merupakan salah satu dari lima bangsa burung dengan populasi terbesar. Kelompok kontra mendapat dukungan dari bangsa burung Pipit, Kelong, dan bangsa-bangsa burung dengan populasi besar tapi wilayah kuasa yang tidak luas. Bagi kelompok kontra, Argentavis adalah bangsa pemimpin yang sudah menjaga perdamaian bangsa burung minoritas dan bangsa burung wilayah kecil.

Sedangkan kelompok pro Albatroz dimotori bangsa burung Elang, bangsa Rajawali, bangsa Garuda, dan bangsa-bangsa burung kuat yang tergabung dalam G-13 yang sudah muak melihat kuasa Argentavis. Kelompok pro tidak mau dibayangi lagi soal kuasa atas dunia burung, dan tidak mau diintervensi lagi perihal hukum yang mereka berlakukan. Karena, penasihat tertinggi Persatuan Bangsa Burung memiliki hak veto atas hukum bangsa burung manapun.

Sidang paripurna Almaida kali itu berlangsung ricuh. Kelompok pro dan kontra sampai saling melemparkan tangkai berdiri mereka. Kericuhan itu berakhir setelah Argentavis menyatakan akan mundur ditiga posisi dari lima posisi penasihat tertinggi, dan juga mundur dari setengah posisi strategis yang mereka duduki di Persatuan Bangsa Burung pada sidang paripurna Almaida selanjutnya. Walaupun kelompok bangsa Albatroz sempat tidak setuju karena ingin Argentavis mundur secara penuh. Tapi mereka terpaksa menerima karena hanya itu batas tawar yang bisa diterima kelompok bangsa burung Gereja.

Lima tahun berlalu dan disinilah sekarang mereka semua. Di hutan suci Sieratis, tempat berlangsungnya sidang paripurna Almaida. Masing-masing perwakilan bangsa burung sudah mulai berdiri di tangkai masing-masing. Tendensi sisa sidang Almaida terakhir masih terasa, perwakilan bangsa Albatroz, Legis dan Eksi mengambil tangkai terjauh dari perwakilan bangsa Gereja, Labour dan Peta. Setelah 234 bangsa burung hadir, kelima penasihat tertinggi Persatuan Bangsa Burung berdiri ditangkai masing-masing dan memulai sidang Almaida ke-138.

Sidang dimulai dengan pernyataan resmi mundurnya empat dari lima penasihat tertinggi. Mundurnya empat penasihat membuat kelompok Albatroz girang bukan kepalang, bagi mereka sidang dimulai dengan kemenangan. Agenda selanjutnya adalah pemilihan empat penasihat agar sidang Almaida dapat dilanjutkan. Legis dan Eksi dari bangsa Albatroz maju sebagai calon, begitu pula Labour dan Peta dari bangsa Gereja. Perwakilan bangsa Rajawali, Privile maju berbarengan dengan perwakilan Garuda, Oli dan Garki. Calon terakhir yang maju adalah perwakilan bangsa Jalak, Imade.

Voting hanya berlangsung dua puluh menit, dan tiga puluh menit kemudian hasilnya didapatkan. Empat penasihat tertinggi selanjutnya adalah Legis dan Eksi dari bangsa Albatroz dengan kemenangan suara telak, kemudian Labour dari pewakilan bangsa burung Gereja, dan terakhir Garki dari perwakilan bangsa Garuda yang menang tipis dari Privile.

Seharusnya agenda selanjutnya pada sidang Almaida adalah sesi dengar pendapat. Tapi agenda itu diubah dengan persetujuan tiga penasihat tertinggi. Mereka mengusulkan agenda perubahan pada isi Kitab Undang-Undang Kebebasan Terbang (KUKT), usul ini ditolah oleh 156 perwakilan bangsa burung yang hadir. Tapi lagi-lagi, tiga penasihat tertinggi menggunakan haknya untuk melanjutkan perubahan pada KUKT.

Setelah itu, perwakilan fraksi bangsa bangsa Albatroz, dan Rajawali, dan anggota G-13 mengajukan draft perubahan KUKT. Draft perubahan dari G-13 ditolak oleh perwakilan bangsa burung Gereja, bangsa Pipit dan juga bangsa-bangsa burung dengan populasi besar tapi wilayah kecil. Jumlah suara menolak 178 perwakilan dari 257 bangsa burung yang hadir pada sidang Almaida.

“Merubah fondasi kedamaian bangsa kita adalah hal kurang ajar Privile! Penghinaan seperti ini tidak bisa diterima” sentak Labour dari ranting penasihat pada Privile yang mengajukan draft perubahan KUKT.

“Yang mulia penasihat tertinggi, draft perubahan ini untuk memastikan perdamaian tetap berlanjut, dan bukan hanya itu, juga memastikan agar bangsa kita semua dapat maju” elak Privile dari rantingnya dengan tersenyum.

Ruang sidang ricuh, kelompok yang menolak draft ajuan G-13 memaksa agar pembahasan perubahan isi KUKT ditunda hingga sidang Almaida selanjutnya.

“Kebenaran akan selalu menang Privile, ingat itu!” teriak Dooms, perwakilan banga Beo. Teriakan Dooms hanya dibalas senyum sinis oleh Privile.

Akhirnya tanpa menunggu voting lanjutan peserta sidang Alamaida, tiga penasihat tinggi memakai hak veto mereka untuk mengesahkan perubahan pada KUKT. Kelompok G-13 tertawa gembira, sedang kelompok bangsa berkembang mulai mengakrabkan diri dengan bangsa-bangsa anggota G-13.

Kelompok bangsa burung Gereja dan bangsa Pipit? Mereka sudah walk out dan meninggalkan tepat ketika tiga penasihat tertinggi menginterupsi sidang dengan hak veto mereka. Dalam pembacaan hasil sidang, hanya tersisa kurang dari setengah perwakilan bangsa burung yang tetap ikut hingga sidang selesai.

***

Gary, burung bangsa Pipit remaja bertanya-tanya, mengapa cakarnya diborgol oleh pihak keamanan wilayah kuasa Albatroz, padahal dua hari lalu ketika ia lewat di tempat yang sama tidak ada masalah. Ia hanya terbang diatas perbatasan, pulang dari rumah Huks, temannya burung bangsa Hotai.

“Sesuai dengan perubahan isi KUKT, saudara melanggar KUKT pasal sembilan ayat tiga berbunyi; untuk tujuan keamanan, langit adalah wilayah terikat hukum dengan tanah dibawahnya, setiap bangsa harus memiliki izin pemilik wilayah dibawahnya untuk dapat melewati langit mereka, setiap tindakan ilegal tanpa izin akan dikenakan sanksi sesuai hukum wilayah tersebut” ucap Sink, Albatroz paruh baya seraya memborgol cakar Gary, setelah sebelumnya ia menjatuhkan Gary dari langit dengan kasar.

Gary adalah korban pertama KUKT baru. Setelahnya, ribuan bahkan jutaan burung dari berbagai bangsa ditangkap dan dijatuhkan dari langit. Bangsa anggota G-13 semakin kaya karena mengusai tujuh puluh persen total luas dunia, sedang biaya izin melewati wilayah mereka yang tertinggi. Legis dan Eksi semakin sejahtera sejak menjabat penasihat tertinggi, setengah dari posisi lowong yang ditinggalkan bangsa Argentavis diisi oleh kerabat mereka.

Akhirnya kebenaran tidak pernah selalu menang. Dan sejak saat itu langit tidak lagi bebas.

--

--