Kisah-Kisah Sang Ahli Kimia

Fuad Saputra
5 min readMar 29, 2022

(Beberapa Catatan yang Sempat Diselamatkan dari Api)

Selayang Pandang Tim Riset & Penerjemah manuskrip Kisah-Kisah Sang Ahli Kimia

Selamat pagi, siang, atau malam sidang pembaca. Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa menyajikan salah satu manuskrip terpenting yang telah kami kerjakan dalam dua puluh tahun terakhir ini kepada anda. Pekerjaan yang berlangsung dalam belasan tahun terakhir sudah mencapai ujung. Setelah tim riset melaksanakan tugas mencari manuskrip dari berbagai daerah dan menyatukan, butuh setidaknya tujuh tahun bagi tim penerjemah mampu membaca karya ini agar dapat anda baca.

Dalam perjalanan kami baik tim riset maupun tim penerjemah terkejut bagiamana manuskrip ini berperan menjelaskan beragam hal yang tidak terjawab oleh sejarah dalam jangka waktu 800 tahun terakhir, penemuan dan penerjemahan karya ini menjadi tonggak baru sejarah yang telah tertulis dan diwariskan.

Walau sempat pekerjaannya terhenti karena kekurangan dana, para peneliti tidak menyerah dan terus berusaha sekuat tenaga, mengorbankan dana dan tenaga agar penelitian ini selesai. Dengan segala jerih payah mereka, hasilnya ialah ini yang anda pegang. Semoga setelah membaca manuskrip ini jiwa kita mencapai ketenangan. Selamat membaca dan salam gutyus!

Tertanda

Tim Riset dan Penerjemah

[Manuskrip tanpa catatan kepala]

Sekarang duduklah! Tak perlu kukatakan dua kali, bila kau haus segara ambil minum, isi hingga penuh. Kau lapar? Oh baguslah, jika kau lapar ini akan cukup sulit, walau bisa saja kau mengikutinya sambil memakan panganan ringan. Bagaimana tempat dudukmu? Nyaman? Baguslah.

Bisakah kita mulai sekarang?

Apa?

Tentang apa?

Oh iya, maaf aku lupa. Ku pikir kau sudah tahu. Jadi sekarang aku akan menceritakan kisah-kisah luar biasa sang Ahli Kimia yang tersohor, dari jutaan manusia di dunia ini, kisah-kisah sang Ahli Kimia ini hanya aku yang tahu, diwariskan dari mulut ke mulut.

Pun sang Ahli Kimia ini tidak ada yang tahu entah kapan dia hidup, atau dimana yang dia tinggal. Satu yang pasti, dia adalah Ahli Kimia terhebat dan kisah-kisah ini adalah nyata dan ada. Persiapkan dirimu!

Oke, kita mulai sekarang. Kita akan memulainya sebagaimana kisah masyhur yang lain, semua kisah akan dimulai dari awal yang luar biasa. Dan semua kisah ini berawal …

Bagian I

Kembalinya Orang Gila

Hari itu siang sungguhlah terik, leher-leher budak yang lalu lalang mengangkut gandum basah oleh keringat. Bau-bau keringat mereka menyebar ke seisi pasar, wanita-wanita ramai-ramai melilitkan lagi penutup hidung sebagai upaya terakhir menghalau bau tak sedap itu. Sedang kaum lelaki bisa saja, seperti tabiat mereka yang masa bodoh dengan segala hal, yang penting bagi mereka ialah hari ini mendapat uang agar bisa menjejali perut istri dan anaknya dengan makanan, setidaknya keluarga mereka bisa bertahan hidup satu hari lagi.

Kota ini tidaklah istimewa, disini tidak ada sapu-sapu terbang yang bisa membawa budak kabur dari tuan tanah nan galak, tidak ada raksasa lapar yang bisa saja menjadikan manusia ia temui secara tidak sengaja sebagai santapan siang, atau ini bukanlah kota dimana segala ketidak mungkinan dan kemustahilan terjadi, kota ini hanya kota miskin biasa.

Orang-orang kaya, yang biasa dipanggil sebagai tuan tanah hanya berjumlah tujuh orang. Dari ribuan petak tanah di kota ini, hanya ratusan petak bukan milik mereka. Ratusan petak sisa itu milik tujuh pejabat rendah yang kelakuannya sama saja macam tuan tanah. Orang biasa tidak akan bisa memiliki apapun di kota ini. Semua harta kota ini hanya milik empat belas orang, yaitu harta mereka yang dipanggil sebagai kaum Chaudah.

Sebagaimana kota miskin yang lain, kota ini adalah lahan yang hanya berisi kemurungan dan nestapa. Orang-orangnya tidak tahu arti mimpi dan pengharapan. Satu-satunya hal yang bisa mereka perjuangkan ialah bertahan hidup. Bagi orang-orang miskin itu, tidak ada pencapaian lebih tinggi dari pada bertahan hidup lalu mati karena tua.

Mati kelaparan, terjangkit penyakit menular, bahkan mati karna flu biasa tapi tidak sanggup membeli obat adalah hal biasa. Bahkan ketika ada wanita yang akan melahirkan, penggali kubur sudah menyiapkan dua liang sejak sebelum wanita itu memulai proses bersalin.

Pergi atau kabur dari kota ini bukanlah pilihan masuk akal, terletak tepat di tengah padang pasir yang luasnya tidak ada yang tahu, melangkahkan kaki pergi sama saja dengan mati. hanya ada satu cara keluar tanpa harus meregang nyawa dari kota ini; menyewa kereta barang dan mengisinya dengan perbekalan seharga tujuh petak tanah. Cara ini tentulah hanya bisa dilakukan oleh Chaudah.

Sedang bagi orang-orang biasa yang hidupnya tergantung pada Chaudah, mereka hanya punya satu kesempatan untuk bisa memiliki modal dan keluar dari kota nestapa ini. Walau berkali mereka mencoba, sejak kota ini ada hanya satu kali ada yang berhasil. Kejadian itu terjadi empat belas tahun yang lalu.

Malam itu api menyambar kemana-mana, saat tak lagi gelap, orang-orang bahkan bisa melihat hingga sejauh empat batu. Kota yang hanya ditopang satu oase tiba-tiba memancurkan air dari tanah tiap jarak satu batu, anak–anak menangis karena tiba-tiba malam terang benderang, sedang orang dewasa terdiam saat melihat Chaudah tertunduk ke tanah tanpa tahu sebab apa.

Dan ditengah kekacauan itu, tiba-tiba pintu gerbang kota terbuka, seorang lelaki dan wanita bergenggam tangan duduk didepan kereta barang penuh muatan pergi menyongsong gelap begitu saja.

Kesempatan untuk pergi seperti lelaki dan wanitu itu baru akan datang empat belas tahun lagi, saat *** [manuskrip tidak dapat terbaca], dan di *** [manuskrip tidak dapat terbaca] sajalah kesempatan itu muncul. Itu adalah kesempatan terakhir sebelum *** [manuskrip tidak dapat terbaca] datang, yang akan membuat kesempatan untuk pergi baru akan muncul dua ratus tahun lagi.

Dengan segala ketidak mungkinan, orang-orang mulai melupakan harapan untuk bisa keluar dari kota nestapa ini. Tapi tiba-tiba saja kondisi itu berubah saat gerbang kota terbuka kembali sejak empat belas tahun lalu. Orang-orang riuh dan bergunjing, siapa orang gila yang masuk ke kota orang-orang yang lebih terbiasa dengan kematian dari pada makan siang.

Rasa penasaran dan keriuhan itu akhirnya reda setelah tahu siapa yang memasuki kota, ia adalah Tumaun, lelaki yang berhasil keluar empat belas tahun lalu. Tumaun datang bersama seorang anak lelaki tanggung, usianya tidak mungkin lebih dari lima belas tahun.

Kedatangan kembali Tumaun menyisakan banyak tanya bagi orang-orang. Kenapa ia kembali? Siapa anak lelaki yang ia bawa? Apakah ada kota lain diluar? Seberapa besar padang pasir yang mengililingi kota mereka? Dan banyak lagi. Yang terpenting tentu bagaimana ia bisa pergi empat belas tahun lalu?

Jawaban pertanyaan terakhir itu tentu menumbuhkan sedikit harapan bagi orang-orang nestapa ini.

Ini adalah cerita bersambung yang akan diterbitkan secara berkala setiap tiga hari.

--

--